Tulisan
ini dibuat karena saya habis mendengarkan talkshow kesastraan dari seniman atau
penyair dari Jogja yaitu mas Agus Noor dan Gunawan Maryanto. Dua tokoh sastra
ini yang sangat saya kenal ketika saya menginjakkan kaki di Jogja dan sebagai
mahasiswa. Karya karya seninya sangat saya apresiasi apalagi pementasan yang
mereka adakan dapat membuat setiap orang menjadi pelaku utamanya. Terkait
sastra, saya mulai mencintai sastra ketika pertama kali menginjakkan kaki di
Jogja. Mulai dari itu saya sering membaca tulisan tulisan yang berbau seni
romansa maupun krtikkan kepada pemerintah yang sering juga diucapkan oleh Wiji
Thukul. Sekedar curhat, saya juga memulai mencintai dan menulis sastra romantis
karena saya merasakan jatuh cinta kepada mahasiswa Jogja kala itu sehingga saya
sering membuat puisi puisi cinta. Awal mulanya saya sangat suka membaca syair
syair hebat dari para ulama dan cendekiawan. Akan tetapi mulai perlahan syair
syair cinta mulai saya pelajari. Rupanya sangat indah jika puisi itu kita
ciptakan sesuai dengan keadaan hati ini.
Jogja
adalah kota sejuta seniman. Tokoh tokoh hebat dalam seni muncul dari rasa cintanya
akan budaya negeri ini. Munkin bisa juga ditarik sejarah hebat yang ada di
Jogja. Kerajaan Mataram Islam yang sangat berbekas mengahsilkan para orang
orang hebat pada masanya. Sehingga juga menghasilkan karya seni dan ajaran
dakwah yang melekat melalui wayang, lukisan dan seni lainnya. Jika kalian ke
Jogja, setiap minggu kalian akan menemukan pementasan seni atau perkumpulan
sastra. Tapi tempat itu harus kalian cari, karena semuanya sudah mulai hilang
akibat jiwa apatis yang mulai mengkikis pemikiran anak muda saat ini.
Kampung
kampung seni juga bnyak di Jogja. Maka tidak salah lagi seni merupakan jiwa
bagi Jogja. Para seniman yang berkarya dengan ikhlas dan senang telah banyak
memberikan cerita dan karya hebatnya. Tidak seperti seniman saat ini yang
berkarya hanya karena tuntutan. Gunawan maryanto menyatakan, dulu para penyair
jogja lahir dari angkringan, teater budaya, dan lembabnya kamar kos kos di
pinggiran jalan. Sehingga setiap kejadian atau bahkan nongkrong di Angkriangan
bisa menghasilkan satu puisi karena kehidupan yang ada di angkringan tidak ada
di kehidupan lainnya.
Komentar
Posting Komentar