Langsung ke konten utama

Berakhir Bukan Berarti Berhenti





Hari ini adalah penentu. Setelah ratusan hari kita lewati masa masa pemilu yang tak terkendali. Campur aduk perasaan, sejak demokrasi menjadi langkah dalam menentukan siapa yang akan memimpin negara. Pastinya semua yang terpilih dan dicalonkan adalah putra putri terbaik bangsa. Pemilu merupakan pesta demokrasi bangsa Indonesia dan tak semua manusia bisa merasakannya di belahan dunia, karena ada yang dibungkam suaranya. Munkin ini adalah salah satu jalan terbaik dalam menentukan, tapi semuanya harus terlibat baik dan benar tanpa adanya kecurangan. Karena kekuasaan adalah titipan.

Saya menjadi saksi terhadap pemilu yang sangat panas ini. Untungnya pemilu ini tempat dimana saya sudah beranjak dewasa dan harus bijak dalam segala langkah. Menjelang pemilu, menjadikan ajang bagi saya untuk terus menambah pengetahuan tentang demokrasi, politik negeri, ideologi penguasa sampai kesabaran akan banyaknya fitnah yang muak sekali saya liat. Pastinya anda juga merasakannya, bukan?. Kata sebagian orang ini adalah perang. Semuanya ikut andil dan taktik harus dirancang agar lawan tak berdaya. Namun bagi saya sangat tak elok jika sesama anak bangsa menjadikan ajang ini sebagai pemecah belah bngsa. Mudahnya kita marah selama masa pemilu akan berdampak pada keseharian kita. Fanatisme itu harus dihilangkan sedemikan munkin dan tak ada kultus pada satu makhluk kecuali pada Tuhan.

Setelah ini selesai, bukan berarti kita berhenti memikirkan negara. Walaupun yang akan berkuasa bukan dari hati kita, tapi kelak kita juga yg akan mengurus bangsa. Hentikan semua sikap apatis anda kepada negara. Karena negara saat ini adalah sikap anda dan negara masa depan adalah pikiran anda.  Cukup dan mari kita segarkan kembali Ibu Pertiwi yang sudah kusam ini. Aku padamu Indonesia.

17 April 2019

Komentar

Pos Terhangat

Komunitas Suling Bambu Nusantara Bergerak Melestarikan Alat Musik Tradisional

Suling bambu merupakan alat musik tradisional khas Indonesia atau tanah melayu yang dahulu sering sekali dimainkan untuk menghibur diri ataupun acara adat. Alat musik suling sendiri sudah ada sejak lama, karena cara main dan pembuatannya sangat mudah dipelajari dan didapatkan. Di Indonesia sendiri suling sering dimainkan dalam pementasan adat ataupun oleh seorang pujangga dahulu kala. Namun saat ini suling bambu sudah sangat susah didapatkan ataupun diajarkan kembali di sekolah musik, melainkan menggunakan suling yang terbuat dari plastik bukan lagi dari bambu khas tradisional. Hal itulah yang menjadi perhatian Agus Budi melihat jarangnya pemakaian dan pelestarian suling sebagai alat musik tradisional. Berawal dari pengamen suling bambu di jalanan, Agus lalu membentuk Komunitas Suling Bambu Nusantara (KSBN) pada 20 Mei 2004 di Yogyakarta. Pada awal berdirinya komunitas tersebut hanya ada tujuh orang dengan hobi dan minat yang sama. Tetapi sampai saat ini sudah banyak sekali yan...