Hari ini adalah penentu. Setelah ratusan hari kita lewati
masa masa pemilu yang tak terkendali. Campur aduk perasaan, sejak demokrasi
menjadi langkah dalam menentukan siapa yang akan memimpin negara. Pastinya
semua yang terpilih dan dicalonkan adalah putra putri terbaik bangsa. Pemilu
merupakan pesta demokrasi bangsa Indonesia dan tak semua manusia bisa
merasakannya di belahan dunia, karena ada yang dibungkam suaranya. Munkin ini
adalah salah satu jalan terbaik dalam menentukan, tapi semuanya harus terlibat
baik dan benar tanpa adanya kecurangan. Karena kekuasaan adalah titipan.
Saya menjadi saksi terhadap pemilu
yang sangat panas ini. Untungnya pemilu ini tempat dimana saya sudah beranjak
dewasa dan harus bijak dalam segala langkah. Menjelang pemilu, menjadikan ajang
bagi saya untuk terus menambah pengetahuan tentang demokrasi, politik negeri,
ideologi penguasa sampai kesabaran akan banyaknya fitnah yang muak sekali saya
liat. Pastinya anda juga merasakannya, bukan?. Kata sebagian orang ini adalah
perang. Semuanya ikut andil dan taktik harus dirancang agar lawan tak berdaya.
Namun bagi saya sangat tak elok jika sesama anak bangsa menjadikan ajang ini
sebagai pemecah belah bngsa. Mudahnya kita marah selama masa pemilu akan
berdampak pada keseharian kita. Fanatisme itu harus dihilangkan sedemikan
munkin dan tak ada kultus pada satu makhluk kecuali pada Tuhan.
Setelah ini selesai, bukan berarti
kita berhenti memikirkan negara. Walaupun yang akan berkuasa bukan dari hati
kita, tapi kelak kita juga yg akan mengurus bangsa. Hentikan semua sikap apatis
anda kepada negara. Karena negara saat ini adalah sikap anda dan negara masa
depan adalah pikiran anda. Cukup dan mari kita segarkan kembali Ibu Pertiwi yang
sudah kusam ini. Aku padamu
Indonesia.
17 April 2019
Komentar
Posting Komentar